Sponsors Link

Serangan Jantung: Penyebab, Gejala, Penanganan dan Pencegahan

Sponsors Link

Serangan jantung atau istilah medisnya infark miokard adalah kondisi ketika aliran darah kaya oksigen menuju otot jantung berkurang atau berhenti. Dikutip dari wikipedia.org, infark miokard berarti kematian jaringan (infarksi) dari otot jantung (miokardium). Infark miokard atau serangan jantung merupakan tipe dari sindrom koroner yang sudah akut, dan menyebabkan perubahan mendadak pada aliran darah ke jantung.

ads

Berbeda dengan penyebab sindrom koroner akut, seperti angina tidak stabil, serangan jantung terjadi ketika adanya kematian sel. Hal ini harus didukung dengan hasil tes darah enzim jantung berupa troponin atau CK-MB. Perlu dibedakan antara serangan jantung dengan serangan jantung mendadak, karena serangan jantung mendadak adalah ketika jantung tiba-tiba berhenti bekerja atau berdetak, berbeda dengan deskripsi serangan jantung.

Baca juga:

Jenis Serangan Jantung

Secara garis besar, serangan jantung dibagi menjadi dua berdasarkan pada perubahan aktivitas EKG-nya, yaitu ST elevation myocardial infarction (STEMI) dan non ST elevation myocardial infarction (NSTEMI). STEMI mencakup kematian sel jaringan jantung mulai 25% hingga 40%.

Terdapat pula klasifikasi serangan jantung yang lebih terinci yang berdasarkan dari data dokumen konsensus internasional 2012, serangan jantung terklasifikasi ke dalam lima jenis utama, yaitu:

  • Tipe 1: Tipe 1 berupa serangan spontan yang berkaitan erat dengan iskemia karena terjadi kelainan pada pembuluh jantung kororer seperti robeknya, bercelahnya, atau terpotongnya plak.
  • Tipe 2: Tipe 2 merupakan serangan sekunder karena iskemia, akibat kebutuhan oksigen yang meningkat dan/atau menurunnya asupan oksigen sehingga terjadi kejang pada arteri koroner, embolisme koroner, kekurangan darah, aritmia (irama jantung tidak teratur), tekanan darah tinggi, atau tekanan darah rendah.
  • Tipe 3: Serangan jantung yang menyebabkan kematian mendadak dengan sebelumnya disertai oleh gejala iskemia miokardial seperti perubahan EKG dan juga peningkatan ST atau penyumbatan pada cabang kiri jantung (left bundle branch block – LBBB) atau terjadinya trombus baru di dalam arteri koroner karena angiograpi.
  • Tipe 4: Berhubungan dengan angioplasti koroner atau pemasangan stent. Tipe 4a merupakan serangan jantung yang berkaitan dengan PCI (percutaneous coronary intervention). Tipe 4b merupakan serangan jantung yang berkaitan dengan stent trombosis pada prosedur angiografi atau otopsi.
  • Tipe 5: Serangan jantung yang berkaitan dengan CABG.

Baca juga: Penyebab Jantung KoronerDetak Jantung Normal.

Penyebab Serangan Jantung

1. Penyakit Arteri Koroner

Penyebab utama serangan jantung adalah penyakit jantung koroner atau nama lainnya atherosklerosis, yaitu kondisi dimana dinding arteri mengeras karena penumpukan plak yang terjadi menahun sehingga pada akhirnya aliran darah menuju jantung terhambat atau benar-benar terhenti.

2. Usia

Bagi pria mulai 45 tahun, memiliki kerentanan tinggi terhadap berbagai jenis gangguan jantung, maka wajib bagi mereka untuk menjalani langkah-langkah pencegahan. Sedangkan untuk wanita, umur yang beresiko memiliki gangguan jantung adalah mulai 55 tahun serta telah memasuki masa menopause, atau di bawah 55 tahun yang telah mengalami menopause dini.

Baca juga: Penyakit Jantung Bengkak

3. Rokok

Baik perokok aktif ataupun pasif, keduanya memiliki resiko penyakit yang sama. Selain itu perokok juga setara dengan seseorang dengan kelebihan berat badan hingga 45 kg. Merokok diperkirakan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner hingga 36%.

4. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko penyakit jantung karena memperberat kerja jantung dan pembuluh darah. maka dari itu, cek secara berkala tekanan darah Anda untuk menghindari terjadinya serangan jantung.

5. Diabetes Melitus

Menurut data, sebagian besar penderita diabetes melitus tidak meninggal karena lonjakan kadar gula darah mereka, melainkan karena komplikasi penyakit yang disebabkan diabetes itu sendiri, terutama penyakit jantung.


6. Kadar Kolesterol Tinggi

Kadar kolesterol yang selalu tinggi hingga bertahun-tahun tanpa ada penanganan tepat akan meningkatkan penumpukan plak pada dinding pembuluh darah. Kolesterol yang dimaksud adalah kolesterol jahat atau LDL (low-density lipoprotein) dan trigliserida, sedangkan kolesterol baik atau HDL (high-density lipoprotein) malah mampu mengurangi tumpukan plak kolesterol jahat.

Baca juga: Bahaya Lemak di Jantung

7. Jarang Bergerak

Jantung Anda akan sangat menghargai setiap gerakan aktif yang Anda lakukan, karena aktivitas fisik yang terjadwal, terarah, dan rutin mampu memperkuat jantung, memperlancar peredaran darah, dan meningkatkan kemampuan jaringan tubuh untuk menyerap oksigen dan nutrisi. Malas bergerak dikaitkan 7-12% kasus serangan jantung.

8. Genetik

Jika Anda wanita hamil atau suami Anda memiliki riwayat penyakit jantung, maka konsultasikan kehamilan kepada dokter kandungan karena dokter akan mengobservasi perkembangan jantung janin Anda, dan akan memberikan langkah atau tindakan medis yang tepat jika janin Anda terindikasi dengan kelainan jantung ataupun tidak.

Jika Anda terlahir tanpa kelainan jantung, tetapi memiliki keluarga inti dengan riwayat serangan jantung (keluarga inti laki-laki, ayah atau saudara kandung yang menderita serangan jantung di bawah umur 55 tahun, atau keluarga inti wanita, ibu atau saudara kandung yang menderita serangan jantung di bawah umur 65 tahun), maka Anda beresiko akan mengalami serangan jantung di masa yang akan datang.

Penelitian yang dilakukan asosiasi genome telah menemukan 27 varian genetik yang berkaitan dengan peningkatan resiko serangan jantung. Varian gen yang paling berpengaruh pada resiko serangan jantung adalah kromosom 9 pada cabang pendek di locus 21 yang terdiri dari gen CDKN2A dan 2B, walaupun polimorfism nukleotid tunggal yang terimplikasi berada di area non-koding.

Berikut daftar gen berkaitan dengan serangan jantung: PCSK9, SORT1, MIA3, WDR12, MRAS, PHACTR1, LPA, TCF21, MTHFDSL, ZC3HC1, CDKN2A, 2B, ABO, PDG0, APOA5, MNF1ASM283, COL4A1, HhiPC1, SMAD3, ADAMTS7, RAS1, SMG6, SNF8, LDLR, SLC5A3, MRPS6, dan KCNE2. (Feero, W. Gregory; Guttmacher, Alan E.; O’Donnell, Christopher J.; Nabel, Elizabeth G. (Dec 2011). “Genomics of Cardiovascular Disease”. New England Journal of Medicine365 (22): 2098–2109. PMID 22129254. doi:10.1056/NEJMra1105239.)

Baca juga:Kelainan Jantung BawaanJenis Penyakit Jantung Bawaan.

9. Obesitas

Seseorang yang memiliki IMT (Indeks Massa Tubuh) berlebih dan lingkar pinggang pinggang di luar lingkar pinggang sehat cenderung memiliki resiko penyakit jantung, semakin tinggi IMT dan lingkar pinggang Anda, maka makin tinggi pula resiko penyakit jantung yang mengintai. Obesitas diperkirakan meningkatkan resiko penyakit jantung koroner hingga 20%.

10. Alkohol

Konsumsi alkohol berlebih atau lebih dari 4 gelas sehari berkaitan erat dengan resiko penyakit jantung karena kadar gula tinggi dalam alkohol serta kandungan racun lain yang sebenarnya masih dalam kadar aman jika tidak dikonsumsi berlebih.

Baca juga: Penyakit Jantung Lemah

11. Stres

Stres atau tekanan batin tidak mungkin terhindar, akan tetapi bisa dikendalikan dan memang harus dikendalikan. Stres yang tidak terkontrol akan memicu hormon yang tidak baik dari tubuh, yang salah satunya dapat memperberat kerja otot, ditambah lagi dengan komplikasi dari organ lain. Anda bisa belajar mengendalikan stres dengan memperdalam agama, berlatih yoga dengan instruktur bersertifikat, beraktivitas fisik untuk mengalihkannya, atau bahkan memelihara hewan kesukaan.

12. Resiko Lain

Resiko mengalami serangan jantung umumnya terjadi pada pagi hari, antara pukul 06.00 hingga siang pukul 12.00. Selain resiko yang telah disebut di atas, terdapat pula beberapa hal yang dipercaya sebagai peningkat resiko penyakit jantung, yaitu faktor sosial ekonomi rendah, wanita yang menggunakan lebih dari satu jenis pil kontrasepsi, penggunaan NSAIDs (non-streroidal anti inflammatory drugs), endometriosis pada wanita di bawah umur 40 tahun, polusi udara (karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan sulful dioksida), infeksi kronis (chlamydophila pneumoniae, influenza, helicobactor pylori, dan porphyromonas gingivalis), dan penyakit Kawasaki.

Baca juga: Brugada Syndrome

Gejala Serangan Jantung

  • Nyeri Dada

Gejala paling umum untuk serangan jantung adalah nyeri dada, dan digambarkan seperti dada yang terasa sesak dan berat. Nyeri dada ini kerap menjalar ke lengan kiri, tetapi juga bisa menjalar ke rahang bawah, leher, lengan kanan, punggung, dada area bagian atas. Untuk serangan jantung akut, nyeri akan terasa di dada, lengan kanan, dan bahu. Selain itu nyeri ini terasa merata atau tidak terpusat pada satu titik, serta tidak membaik walau pasien berubah posisi, dan akan bertahan kira-kira selama lebih dari 20 menit.


  • Berkeringat, Mual dan Pingsan

Berkeringat merupakan respon tubuh ketika tubuh kekurangan oksigen. Begitu pula dengan mual atau muntah, akan terjadi ketika sistem pencernaan tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Kehilangan kesadaran disebabkan oleh tidak terpenuhinya kadar oksigen yang memadai ke otak, atau dapat juga karena shock kardiogenik (kondisi ketika sirkulasi darah tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan organ karena kegagalan fungsi utama ventrikel jantung).

Baca juga: Penyebab Jantung Kekurangan Oksigen

  • Nafas Pendek

Nafas pendek adalah gejala serangan jantung yang biasanya terjadi pada wanita, dan bahkan terkadang menjadi satu-satunya gejala serangan jantung yang terasa. Hal ini bisa terjadi saat kerusakan pada jantung membatasi aliran keluar pada ventrikel kiri sehingga tubuh otomatis merespon dengan nafas pendek untuk mencukupi kadar oksigen yang berkurang, atau aktifitas nafas meningkat karena edema pulmonalis.

  • Lemas dan Kelelahan

Merasa lelah, kepala terasa ringan, palpitasi, dan abnormalitas irama jantung atau tekanan darah termasuk gejala-gejala yang jarang terjadi. Dan dipicu oleh lonjakan katekolamin dari sistem saraf simpatik, yang merupakan respon atas nyeri dan tekanan darah rendah yang muncul. Anda juga akan merasa kelelahan, ketika otot-otot tubuh tidak mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi untuk mengganti pembakaran energi yang telah digunakan untuk bergerak.

Baca juga: Penyebab Jantung Bocor pada Bayi

Cara Mengatasi

Serangan jantung memerlukan penanganan medis secepatnya untuk mempertahankan sebanyak mungkin sel jaringan jantung yang hidup dan juga untuk mencegah komplikasi yang lebih buruk. Penanganan serangan jantung tergantung pada jenisnya, apakah merupakan STEMI atau NSTEMI. Penanganan umum yang diberikan adalah agar penyumbatan aliran darah ke jantung kembali terbuka, mengurangi semakin membesarnya penggumpalan darah, mengurangi iskemia, dan mengurangi resiko serangan jantung berikutnya.

Sebagai tambahan, pengobatan utama serangan jantung tipe STEMI adalah prosedur trombolisis atau percutaneous coronary intervention (PCI) , walaupun PCI juga dapat dilakukan dalam 1 hingga 3 hari kasus serangan jantung NSTEMI. Dan pada kondisi kritis, metode stratifikasi menjadi pilihan sebagai penunjang pengobatan, juga terkadang ditambahkan dengan sistem TIMI dan GRACE. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai penganan serangan jantung:

1. Nyeri

Nyeri yang ditimbulkan dari serangan jantung mampu ditangani dengan pemberian nitrogliserin atau morfin. Nitrogliserin yang diberikan di bawah lidah atau melalui urat nadi dapat  meningkatkan aliran darah menuju jantung serta mengurangi beban kerja jantung. Mengurangi rasa sakit pasien sangatlah penting dalam penanganan, walau belum ada bukti dapat meningkatkan kemungkinan hidup.

Morfin pun dapat digunakan untuk meredakan nyeri serangan jantung, dan efektif pada nyeri dalam tipe STEMI. Walaupun dalam penelitian terbukti bahwa penggunaan morfin lebih banyak berpotensi membahayakan pasien daripada membantunya.

Baca juga: Penyakit Katup Jantung

2. Anti Koagulasi

Aspirin adalah antiplatelet anti koagulan yang diresepkan dokter dalam dosis yang lebih tinggi guna mengurangi ukuran gumpalan darah dan mencegah pembentukan gumpalan darah baru di dalam pembuluh darah. selain itu juga dapat menurunkan resiko kematian karena infarksi jaringan jantung yang akut hingga 50%. P2Y12 inhibitor seperti clopidogrel, prasugrel, dan ticagrelor diresepkan bersamaan juga dalam dosis yang lebih besar tergantung pada prosedur operasi atau fibrinosis yang akan dilaksanakan.

Baca juga: Obat Jantung di Apotik.

3. PCI

Percutaneous coronary intervention atau PCI adalah prosedur untuk menangani tipe STEMI jika pasien sudah mendapatkan penanganan tim medis dalam 90-120 menit. Prosedur ini juga bisa diterapkan kepada pasien tipe NSTEMI yang beresiko tinggi dalam 1-3 hari. PCI menggunakan alat kecil yang dimasukan ke dalam pembuluh darah periferal seperti arteri femoral atau arteri radial menuju pembuluh darah besar jantung. Alat kecil ini akan mengidentifikasi dan menyingkirkan penyumbatan menggunakan gelembung kecil dengan mendorongnya.

Baca juga: Penyakit Jantung Tersumbat

4. Fibrinosis

Jika PCI tidak bisa dilakukan dalam kurun waktu 90-120 menit pasca serangan jantung STEMI, maka prosedur fibrinosis akan dilakukan 30 menit setelah pasien tiba di rumah sakit. Jika pasien telah mengalami gejala selama 12-24 jam maka akan dilakukan prosedur trombolisis, namun jika pasien telah merasakan gejala lebih dari 24 jam maka tidak disarankan melakukan tromolisis. Trombilisis adalah metode pengobatan yang mengaktifkan enzim yang dapat menguraikan gumpalan darah. pengobatan yang diterapkan seperti aktivati plasminogen jaringan, reteplase, streptokinase, dan tenecteplase.

5. Lain-Lain

Di masa lalu, pemberian aliran oksigen tinggi disarankan untuk semua pasien serangan jantung. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya manfaat dari metode ini, maka kini pemberian oksigen hanya akan diberikan kepada pasien dengan masalah respirasi. Pasien mungkin akan mendapatkan manfaat dari pengaturan suhu tubuh yang biasa digunakan untuk menangani kasus hipotermia. Selain itu, pasien serangan jantung dengan ST elevasi  sebaiknya ditangani dengan angiografi.

6. Rehabilitasi

Rehabilitasi jantung sangat bermanfaat bagi seseorang yang pernah mengalami serangan jantung, dan sebaiknya segera dimulai setelah keluar dari rumah sakit. Program rehabilitasi jantung ini termasuk bimbingan gaya hidup, olahraga, dukungan komunitas, termasuk saran cara berkendara, bepergian dengan pesawat terbang, pengaturan stres, hingga hubungan suami istri.

Baca juga: Terapi Laser JantungTerapi Ablasi Jantung

Bahaya Serangan Jantung

Serangan jantung yang berbahaya adalah serangan jantung ‘senyap’, dimana serangan jantung tidak menunjukkan gejala apapun kepada penderita, dan serangan jantung ‘senyap’ ini baru bisa dideteksi hanya jika penderita melakukan tes enzim darah, elektrokardiogram, atau otopsi. Otopsi dilakukan saat penderita serangan jantung ‘senyap’ telah meninggal.

Kasus senyap ini menyerang pada sekitar 22% hingga 64% dari seluruh penderita serangan jantung, dan umum terjadi pada lansia, penderita diabetes melitus, dan pasien pasca transplantasi jantung. Pada penderita diabetes memiliki ambang nyeri, neuropati autonomik, dan psikologikal yang berbeda, sehingga disebutkan menjadi penyebab kurangnya gejala yang timbul. Sedangkan pada pasien pasca transplantasi jantung disebabkan karena jantung donor yang tidak sepenuhnya terhubung dengan saraf penerima donor.

Baca juga: Penyakit Jantung Anemia

Pencegahan Serangan Jantung

Hubungan antara gaya hidup dan olahraga dengan pencegahan serangan jantung sangatlah kuat, begitu pula bagi seseorang yang pernah mengalami serangan jantung guna mencegah resiko komplikasi dan mengurangi atherosclerosis pada pembuluh darah jantung.

1. Pencegahan Utama

Pencegahan ini ditujukan untuk siapa saja yang belum pernah mengalami serangan jantung ataupun yang tidak memiliki masalah jantung.

  • Gaya Hidup

Kegiatan fisik dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular, dan setiap orang yang beresiko disarankan untuk melakukan kegiatan fisik setidaknya 150 menit olahraga intensitas sedang atau 75 menit olahraga intensitas tinggi setiap minggunya. Mempertahankan berat badan ideal, mengkonsumsi alkohol pada kadar aman, dan berhenti merokok akan mengurangi resiko penyakit kardiovaskular.

Mengunakan lemak tak jenuh seperti minyak zaitun atau minyak bijian daripada lemak jenuh juga mampu mengurangi resiko serangan jantung. Walau masih dalam perdebatan, tetapi sebagian besar pakar menyarankan untuk mengkonsumsi produk pangan bijian utuh (gandum utuh), mengurangi asupan gula serta pemanis, memakan lima porsi buah dan sayur setiap hari, dua atau lebih porsi ikan per minggu, dan tak lupa 4-5 porsi kacang, bijian, polong-polongan tanpa garam tiap minggu.

Baca juga: Manfaat Olahraga untuk JantungGaya Hidup Jantung Sehat

  • Obat-Obatan

Statin adalah obat yang berfungsi menurunkan kolesterol darah dan mengurangi resiko kematian karena serangan jantung. Obat jenis ini kerap direkomendasikan kepada mereka dengan resiko penyakit kardiovaskular. Aspirin terbukti menurunkan resiko serangan jantung. Oleh karena itu, aspirin sering disarankan untuk mencegah bahkan kepada seseorang yang belum pernah mengalami namun beresiko tinggi.

Baca juga: Manfaat Aspirin untuk Jantung

2. Pencegahan Serangan Kedua

Pencegahan serangan kedua adalah saran agar tidak terjadi lagi serangan jantung di kemudian hari. Berikut cara-caranya:

  • Gaya Hidup

Bagi pasien survival sangat disarankan untuk berhenti merokok, berolahraga dengan baik, terjadwal, dan rutin, melakukan diet sehat, mengurangi asupan lemak jenuh, mengurangi kolesterol, mengkonsumsi alkohol pada kadar aman, dan mendapatkan berat badan serta lingkar pinggang ideal. Olahraga tetap aman bahkan untuk pasien gagal jantung dan pasien dengan stent jantung, namun konsultasikan ke dokter untuk mengetahui batasannya. Selain mengenai olahraga, konsultasi rutin ke dokter akan mengendalikan penggunaan obat kardiovaskular serta mengawasi tanda depresi pasien. Sebagai tambahan, suplemen omega-3 juga disarankan untuk kesehatan kardiovaskular.

Baca juga: Operasi Cangkok JantungDampak Cangkok Jantung

  • Pengobatan

Resep yang akan dokter berikan kepada pasien adalah nitrate yang dikonsumsi untuk dua hari dan ACE-inhibitor untuk menurunkan resiko kematian. Ada pula aspirin atau obat agen anti platelet lain seperti clopidogrel atau ticagrelor maksimal selama 12 bulan. Jika pasien memiliki kondisi medis lain yang memerlukan pengobatan anti koagulan (seperti warfarin) maka akan butuh penyesuaian berdasarkan resiko serangan jantung mendatang dan juga resiko pendarahan. Tergantung pada kondisi pasien, bisa pula diresepkan beta blocker, ACE inhibitor, statin, dan aldosterone antagonists.

  • Defibrilator

Defibrilator adalah alat ditanam di bawah kulit dan berhubungan dengan jantung untuk mendeteksi aritmia fatal dan kemudian mengirimkan kejutan listrik untuk mendepolarisasi massa penting pada otot jantung.

Demikianlah, penjelasan lengkap mengenai serangan jantung, namun untuk mengenali resikonya khusus pada Anda, maka sebaiknya tetap berkonsultasi kepada dokter jantung. Sekian pembahasan artikel ini, semoga bermanfaat.

Sponsors Link
, , , , , ,
Oleh :
Kategori : Penyebab