Sponsors Link

Diseksi Aorta : Penyebab – Tipe – Penanganan

Sponsors Link

Diseksi aorta adalah suatu kegawatdaruratan medis karena ancaman komplikasi yang berat, bahkan dapat berakhir dengan kematian yang cepat. Deteksi aorta membutuhkan penilaian cepat dari tenaga medis yang berpengalaman agar dapat segera ditindaklanjuti.

ads

Aorta adalah pembuluh darah besar yang keluar dari bagian ventrikel kiri jantung. Aorta berisi darah kaya nutrisi dan oksigen hasil pertukaran di paru-paru yang dibawa masuk ke atrium kanan jantung, dialirkan ke ventrikel kiri dan keluar melalui aorta. Karena fungsinya adalah sebagai pembuluh darah utama dan besar yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh maka tekanan di aorta harus cukup kuat untuk dapat memompa darah.

Aorta juga dilengkapi katup yang berfungsi untuk mengatur keluarnya darah dari jantung. Keluarnya darah dari jantung tergantung pada hantaran listrik jantung, irama jantung, kekuatan pompa otot jantung, jumlah darah yang masuk ke jantung dan tahanan di pembuluh darah tepi. Lapisan dinding pembuluh darah aorta terdiri atas bagian terdalam yang paling dekat dengan aliran darah yaitu tunika intima, bagian tengah yaitu tunika media dan bagian terluar yaitu tunika adventisia. Pembuluh darah aorta yang keluar dari ventrikel kiri jantung terdiri atas 2 bagian yaitu :

  1. Aorta asenden, pembuluh darah aorta yang bergerak naik dari ventrikel kiri jantung, paling dekat dengan katup aorta yang berhubungan dengan ventrikel kiri jantung.
  2. Aorta desenden, pembuluh darah aorta yang bergerak turun, lanjutan dari aorta asenden, dan mengalirkan darah ke seluruh tubuh.

Karena fungsinya yang sangat vital setiap gangguan yang terjadi pada aorta harus segera dideteksi dan diberi penanganan. Pada dasarnya diseksi aorta terjadi diawali dari adanya robekan pada tunika intima aorta yang menyebabkan darah masuk ke tunika media dan membuat saluran palsu. Saluran palsu dapat semakin membesar karena tingginya tekanan dari ventrikel kiri melewati aorta untuk memompa darah keluar jantung.

Saluran palsu dipisahkan oleh intimal flap atau bagian dari tunika intima yang terangkat karena di bawahnya terjadi rembesan darah. Adanya saluran palsu ini dapat mengurangi pasokan darah ke seluruh tubuh dan jika ukurannya membesar dapat menekan saluran yang sebenarnya dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah jantung. Pada kondisi yang berat robekan akan semakin meluas ke tunika adventisia dan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah jantung atau ruptur aorta. Ini adalah komplikasi yang membahayakan bagi penderitanya dan dapat berakhir pada kematian cepat dan mendadak. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah kebocoran katup aorta jantung atau regugitasi aorta yang dapat berakhir pada gagal jantung kiri dan syok kardiogenik serta kematian.

Sulit menentukan jumlah penderita pasti diseksi aorta karena banyak kasus penderitanya meninggal sebelum dapat ditentukan penyebab kematiannya. Diseksi aorta sering kali baru diketahui pada pemeriksaan organ dalam untuk keperluan forensik pada penderita yang sudah meninggal. Tetapi diperkirakan angka kejadiannya sebanyak 3 kasus per 100.000 orang per tahun. Paling sering menyerang laki-laki dibanding wanita. Rata-rata 50% penderitanya meninggal dalam 48 jam apabila tidak ditangani. Diseksi aorta asenden paling banyak terjadi pada usia antara 50-60 tahun dan diseksi aorta desenden paling banyak terjadi pada usia 60-70 tahun.

Penyebab diseksi aorta antara lain adalah :

  1. Hipertensi kronik

Tekanan darah yang terus tinggi dapat melemahkan pembuluh darah jantung dan memudahkan terjadi luka pada dinding pembuluh darah dan terbentuk diseksi aorta.

2. Pola hidup tidak sehat

Tingginya kadar lemak darah akibat mengkonsumsi makanan berlemak dan junk food serta kurang aktivitas fisik dapat menyebabkan terbentuknya timbunan lemak pada dinding pembuluh darah dan menyebabkan dindingnya menjadi lemah dan mudah terjadi diseksi aorta.

3. Kelainan genetik

Sindrom Marfan adalah kelainan genetik yang sering menyebabkan kelainan struktur pembuluh darah besar sehingga pembuluh darah jantung lemah dan mudah terjadi diseksi aorta.

4. Penyakit jantung bawaan

Kondisi kelainan struktur jantung bawaan seperti katup aorta hanya berjumlah dua yang seharusnya berjumlah tiga, serta lemahnya struktur dinding pembuluh darah dapat menyebabkan timbulnya diseksi aorta.

5. Pembedahan jantung

Setelah tindakan invasif untuk pembedahan jantung seperti operasi bypass jantung atau kateterisasi jantung dapat menyebabkan luka pada dinding pembuluh darah dan memicu timbulnya diseksi aorta.


Menurut klasifikasi Stanford, diseksi aorta berdasarkan lokasinya terbagi menjadi :

  1. Diseksi Aorta Tipe A

Diseksi aorta tipe A terjadi pada aorta asenden. Kondisi ini biasanya lebih berat. Semakin dekat kejadian diseksi aorta dengan katup aorta maka semakin berat gejala yang timbul dan semakin mengancam nyawa. Sekitar dua per tiga kasus diseksi aorta adalah Tipe A. Keluhan yang paling sering timbul adalah nyeri dada. Nyeri hebat, terjadi mendadak, tajam seperti dirobek, disayat atau ditusuk. Nyeri biasanya terjadi pada dada bagian depan. Pada pemeriksaan sering ditemukan tekanan darah tinggi, bisa terjadi karena respons tubuh terhadap nyeri yang ditimbulkan dan dapat sudah ada riwayat hipertensi sebelumnya. Robekan pada tipe ini dapat menyebabkan masuknya darah ke ruang perikardium dan terjadi tamponade jantung.

2. Diseksi Aorta Tipe B

Diseksi aorta tipe B terjadi pada aorta desenden, gejala yang paling sering adalah nyeri mendadak dan hebat pada daerah di antara tulang selangka. Gejala lain sering timbul akibat berkurangnya aliran darah ke organ lain karena diseksi menyebabkan sumbatan pada aorta, seperti tanda-tanda serangan jantung jika terjadi hambatan pada arteri koroner, stroke jika terjadi pada arteri yang menuju ke otak atau gagal ginjal jika terjadi pada arteri yang menuju ke ginjal.

Menurut waktu terjadinya, diseksi aorta dibagi menjadi :

  1. Diseksi aorta akut jika terjadi kurang dari 2 minggu
  2. Diseksi aorta kronik jika terjadi lebih dari 2 minggu

Jika terdapat keluhan nyeri dada atau punggung yang hebat serta menjalar, berlangsung kurang dari 24 jam pada penderita hipertensi maka harus dicurigai terjadinya diseksi aorta.

Penderita yang dicurigai menderita diseksi aorta harus segera di bawa ke unit pelayanan dengan dokter spesialis jantung dan bedah jantung. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan penunjang seperti rekam jantung, ekhokardiografi atau USG jantung dan pemeriksaan rontgen dada, CT Scan atau MRI setelah kondisi pasien dapat distabilkan.

Penanganan awal adalah dengan pemberian obat golongan beta bloker untuk menurunakan kekuatan kontraksi ventrikel kiri jantung, menurunkan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah itu harus segera dilakukan tindakan operasi untuk memperbaiki tunika intima aorta yang robek, menjahit saluran palsu yang ditimbulkan bahkan jika perlu mengganti aorta dengan aorta sintetis.

Sponsors Link
, ,



Oleh :
Kategori : Penyebab