Sponsors Link

Kelainan Embriologi Jantung: Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasinya

Sponsors Link

Terdapat cukup banyak jenis permasalahan yang mungkin terjadi berkaitan dengan jantung dan salah satunya adalah kelainan embriologi jantung. Embriologi sendiri dikenal sebagai proses saat sel tunggal bisa membelah dan berubah guna membentuk organisme multiseluler. Proses ini terjadi pada semua organisme dalam tubuh kita, karena manusia pun terbentuk dari sebuah sel sederhana. Maka proses ini juga terjadi pada organ jantung sebagai salah satu organ penting dalam tubuh kita.

ads

Terjadinya Embriologi Jantung

Embriologi jantung merupakan salah satu fase selain embriologi pembuluh darah dan darah. Dua fase ini merupakan bagian dari embriologi susunan kardiovaskuler. Embriologi jantung sendiri terjadi pada pertengahan minggu ketiga umur janin. Proses embriologi jantung ini terjadi karena dua hal, yaitu:

  • Mudigah bertambah besar. Mudigah adalah hasil pembuahan sperma dan sel telur hingga umur dua bulan dalam kandungan. Embriologi jantung terjadi untuk mencukupi makanan yang diterima dengan cara difusi dari induk.
  • Mudigah membutuhkan supply darah jantung.

Dalam prosesnya, selalu ada kemungkinan terjadinya kelainan karena beberapa faktor pendukung dalam tubuh. Proses embriologi jantung ini pun tak luput dari kelainan. Akibatnya, jantung menjadi tidak optimal dalam tumbuh, berkembang, dan digunakan ketika bayi sudah lahir. Efek dari terjadinya kelainan ini adalah sekat bilik jantung yang terbentuk tidak sempurna. Kondisi ini membutuhkan tindakan medis khusus. Tahap lebih lanjut dari kelainan embriologi jantung ini adalah munculnya kelainan jantung kongentinal.

Penyebab

Faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya kelainan ini bisa dibedakan menjadi dua hal, yaitu faktor genetik dan non genetik:

  • Genetik

Sesuai dengan namanya, kelainan akibat faktor genetik merupakan akibat dari keturunan sang ibu atau anggota keluarga sedarah yang memiliki riwayat kelainan embriologi jantung. Meski begitu, faktor ini dianggap berkontribusi sedikit pada kasus-kasus kelainan embriologi yang terjadi. Faktor kelainan kromosom yang berpotensi memunculkan kelainan ini juga tidak ada.

  • Non Genetik

Di samping itu, faktor non genetik yang diperkirakan bisa memicu terjadinya kelainan embriologi pada jantung bisa karena infeksi virus, misalnya rubela dan talidomid atau karena pengaruh lingkungan seperti paparan radioaktif atau konsumsi obat-obatan tertentu selama masa kehamilan tanpa pantauan dokter.

Perlu diketahui bahwa kelainan yang terbentuk sempurna selama masa embriologi jantung yang berpotensi mengarah pada beberapa kelainan jantung. Beberapa kelainan jantung tersebut bisa jadi kelainan jantung bawaan asianotik – seperti Atrial Septal Defect dan Patent Ductus Areriosus – dan kelainan jantung kongenital sianotik, seperti kelainan jantung tetralogi fallot (Tetralogy of Fallot).

  • Atrial Septal Defect atau ASD merupakan kerusakan yang terjadi pada atrium jantung. Akibat dari kelainan ini adalah bercampurnya darah yang mengangkut oksigen dan tidak mengangkut oksigen. Efek dari kelainan ini adalah jantung kanan semakin membesar dan terjadi hipertensi pulmonal.
  • Patent Ductus Arteriosus atau PDA adalah kondisi ductus arteriosus tetap terbuka setelah bayi lahir. Ductus arteriosus sendiri adalah pembuluh darah yang diperlukan sebagai sistem pernafasan bagi bayi selama dalam masa kandungan.
  • Tetralogy of Fallot atau TOF merupakan kelainan terjadinya lubang di bagian sekat antara rongga ventrikel. Lubang tersebut memiliki diameter yang kurang lebih sama dengan lubang aorta.

Baca juga: Kebocoran Katup Aorta.

Gejala

Gejala bisa dideteksi sedini mungkin ketika bayi dilahirkan atau di tahun pertama usia anak. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa kelainan baru bisa dideteksi ketika menginjak umur dewasa. Gejala terjadinya kelainan embrologi jantung tidak jauh berbeda dengan kelainan atau penyakit jantung kongenital. Beberapa gejala yang kasat mata tersebut adalah:

  1. Penderitanya mengalami sesak nafas;
  2. Diketahui adanya kelainan bunyi atau terdapat bising pada jantung;
  3. Muncul warna kebiruan pada kulit, bibir, dan kuku yang merupakan indikasi kekurangan oksigen atau supply oksigen tidak merata;
  4. Nafas penderitanya relatif pendek;
  5. Irama jantung tidak teratur;
  6. Pertumbuhan tubuh penderitanya relatif terhambat;
  7. Mengalami infeksi pada paru-paru secara berulang.

Pencegahan

Tidak ada seorang pun yang berharap memiliki kelainan ini. Maka kita bisa mencegah hal itu terjadi, siapa pun posisi kita bagi (calon) penderita kelainan embriologi jantung tersebut. Tindakan pencegahan ntuk mengatasi kelainan ini bisa dilakukan dengan:

  • Baik ibu dan orang-orang di sekitarnya tidak boleh merokok. Asap rokok selama masa kehamilan memiliki peran dalam terjadinya berbagai jenis kelainan pada jabang bayi.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu oleh si ibu harus dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter kandungan.
  • Kontrol gula darah, terutama bagi ibu yang diketahui memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
  • Jaga agar ibu hamil tidak kekurangan darah selama masa kehamilan.
  • Ibu hamil harus memenuhi supply nutrisi dan gizi yang diperlukan bayi.

Baca juga: Manfaat Omega 3 untuk Jantung, Manfaat CoQ10 untuk Jantung.


Penanganan

Pada fase penanganan, kelainan embriologi bisa dilakukan dengan pengobatan penyakit jantung bawaan. Pengobatan ini tergantung pada tingkat keparahan penyakit atau kelainan yang diderita. Beberapa tingkat kelainan bisa saja tidak membutuhkan penanganan berupa konsumsi obat apapun, namun di tingkat yang lain kelainan ini membutuhkan pengobatan dan intervensi lebih lanjut.

Apabila ibu menyadari adanya gejala-gejala kelainan embriologi jantung yang pada bayi atau anak, segera konsultasikan dengan dokter untuk segera mendapatkan perawatan dan pengobatan sedini mungkin sehingga tidak melebar pada munculnya penyakit jantung lain.

Bava juga: Fungsi EKG Jantung.

Kelainan ini bisa menimpa siapa saja dan faktor yang menyebabkannya tidak menutup hanya dari faktor genetik atau non genetik. Maka dari itu perlu adanya koordinasi yang kuat dan tidak terputus dari sang ibu dengan dokter kandungan sebelum, selama, dan sesudah masa kandungan dan masa melahirkan. Ibu juga diharapkan berpola hidup sehat karena apa yang dilakukan selama masa kandungan akan memengaruhi bayi yang dikandungnya. Hal ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya kelainan embriologi jantung yang mungkin terjadi akibat faktor non genetik.

Sponsors Link
, , , , , , , , ,